Wednesday, June 9, 2010

Kiamat semakin dekat?...

Inilah sebagian dari tanda-tanda akhir zaman. Bahwa telah muncul "Dajjal" bernama Sai Baba, dia lahir dan tinggal di Desa Nilayam Puthaparti, wilayah timur Khurasan, tepatnya India Selatan. Merujuk pada riwayat hadist dari Jamiu at Tirmidzi,

"Rasulullah SAW bersabda kepada kami, Dajjal akan keluar dari bumi ini di bagian timur bernama Khurasan"

Maka boleh jadi yang dimaksud Rasulullah SAW tersebut ialah benar adanya. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW. bersabda: "Hari Kiamat tidak akan datang hingga 30 Dajjal (pendusta) muncul, mereka semua berdusta tentang Allah dan Rasul-Nya. "



Dan Sai Baba ini bisa jadi adalah salah satu dari 30 dajjal-dajjal kecil yang akan membuka jalan bagi munculnya al-Masih al-Dajjal (Dajjal nantinya akan berperang dengan Imam Mahdi dan di bunuh oleh nabi Isa bin Maryam).


SIAPA SAI BABA ITU DAN BAGAIMANA CIRI-CIRI DAJJAL MENURUT RASULULLAH SAW?

-Laki-laki ini memiliki kemampuan menghidupkan orang mati,
-Menyembuhkan orang lumpuh dan buta,
-Bahkan mampu menurunkan hujan dan mengeluarkan tepung dari tangannya.
-Ia juga mampu berjalan melintasi belahan bumi dalam sekejap,
-Menciptakan patung emas, merubah besi menjadi emas, dan banyak lagi berbagai fitnah yang ditunjukkan oleh Sai Baba kepada ribuan orang Bahkan - jutaan yang datang dari berbagai suku bangsa dan agama.

Saat ini laki-laki ini sudah memiliki puluhan juta pengikut.



"Dajjal adalah seorang laki-laki yang gemuk, berkulit merah dan berambut keriting..." (HR.Bukhari dan Muslim)

"Di awal kemunculannya, Dajjal berkata, Aku adalah nabi, padahal tidak ada nabi setelahku. Kemudian ia memuji dirinya sambil berkata, Aku adalah Rabb kalian, padahal kalian tidak dapat melihat Rabb kalian sehingga kalian mati (HR.Ibnu Majah)


BEBERAPA PERSAMAAN DAJJAL DAN SAI BABA:


-Dajjal seorang laki yang berpostur pendek, gempal, berambut kribo, berkaki bengkok (agak pengkor). Sai Baba seorang yang berpostur pendek dan berambut kribo.

-Dajjal memiliki mata yang buta. Sai Baba pernah mengalami kebutaan di waktu muda kemudian sembuh kembali.

-Dajjal datang dan bersama ada gunung roti dan sungai air. Sai Baba memiliki kemampuan mengeluarkan vibhuti (tepung suci) dari udara melalui tangannya.

-Dajjal memiliki kemampuan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat dan kecepatannya seperti hujan badai atau secepat awan yang ditiup angin kencang. Sai Baba memiliki kemampuan berjalan menjelajahi bumi dalam hitungan kejapan mata.

-Dajjal mengikuti pengikut yang sangat banyak, bahkan di akhir zaman nanti banyak manusia yang berangan-angan untuk berjumpa dengan Dajjal. Sai Baba memiliki pengikut yang jumlahnya puluhan juta manusia dari berbagai macam suku, bangsa, negara dan agama.

-Dajjal akan muncul dengan mengaku sebagai orang bijak/ baik, sehingga banyak sekali orang yang tertarik untuk mengikutinya. Sai Baba mengaku sebagai orang yang bijak yang membawa misi perdamaian, cinta kasih menghapuskan segala persengketaan dengan bijaksana.

-Dajjal akan muncul dan sebagai nabi. Sai Baba memposisikan dirinya sebagai nabi kepada pengikut-pengikutny a.

-Dajjal akan menggunakan nama Al-Masih. Sai Baba mengaku akan menjelma sebagai Isa Al-Masih setelah tahun 2020.

-Dajjal akan mengaku sebagai Tuhan. Sai Baba mengklaim bahwa dirinya adalah Tuhan penguasa alam semesta.

-Dajjal akan mendakwahkan agama Allah. Dalam banyak majelis darshanya Sai Baba banyak berbicara tentang Islam, Al-Qur'an dan keharusan untuk memahaminya.

-Dajjal mampu menghidupkan orang mati dan menyembuhkan orang sakit. Sai Baba memiliki kemampuan menghidupkan orang mati juga menyembuhkan penyakit kanker.

-Dajjal dapat menurunkan hujan. Sai Baba memiliki kemampuan menurunkan hujan dan mendatangkan air untuk irigasi (di NTT sedang di bangun proyek Sai Baba untuk pengairan di daerah yang kering).

-Dajjal bisa mengeluarkan perbendaharaan (perhiasan dan harta) dari bangunan yang roboh, lalu perbendaharaan itu akan mengikuti ratunya. Sai Baba mampu menciptakan patung emas, kalung emas, injil mini dan berbagai bentuk medalai berlafadz ALLAH dalam sekejap.

-Dajjal akan membunuh seseorang dan menghidupkannya kembali. Sai Baba bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal dunia.

-Dajjal bisa berpindah raga dan tempat dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Sai Baba bisa berpindah dari satu jasad ke jasad lainnya yang merupakan benruk reinkarnasi dirinya.

-Dajjal bisa membesarkan tubuhnya. Sai Baba memliki kemampuan berjalan di udara dan membuat kemukjizatan pada sebuah pesawat terbang.

-Dajjal biasa keluar masuk pasar dan makanan. Sai Baba juga manusia biasa yang makan dan minum sebagaimana manusia lainnya, ia juga bisa berjalan ke pasar, rumah sakit, proyek irigasi dan tempat lain yang biasa dikunjungi manusia.

-Dajjal bisa memerintahkan bumi untuk mengeluarkan tumbuh-tumubuhnan dan air. Sai baba bisa mengeluarkan air dengan hentakan kakinya.

-Dajjal tidak memliki anak. Sai Baba mandul, ia tidak beranak dan tidak berkeluarga (tidak menikah).

-Dajjal memimpin orang yahudi. Sai Baba memiliki misi menyebarkan teologi zionis.

-Dajjal muncul di zaman pertikaian. Sai Baba mengklaim bahwa ia datang dari masa banyak pertikaian dan persengketaan, dan kedatangannya untuk menegakkan kebenaran dan membinasakan kejahatan.




Kesimpulan: Bahwa sifat Dajjal dan Sai Baba yang diutarakan diatas adalah bagian dari sifat salah satu 30 dajjal-dajjal kecil (pendusta-pendusta akhir zaman) yang akan membuka jalan bagi munculnya al-Masih al-Dajjal (Dajjal besar).

Yang ciri-cirinya menurut riwayat hadits shahih adalah sebagai berikut :

-Dajjal buta sebelah seperti buah anggur.
-Kedua matanya ada tulisan kafir yang dapat dibaca oleh orang beriman.
-Dajjal tinggal di bumi selama 40 hari, 1 hari seperti setahun, 1 hari berikutnya seperti sebulan, 1 hari berikutnya seperti seminggu, 1 hari berikutnya seperti hari biasa.


Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: "Tidak ada satu negeri yang tidak dimasuki Dajjal, kecuali Mekah dan Madinah, dan tidak ada satu jalan di Madinah, kecuali terdapat malaikat yang berbaris menjaganya. Maka Dajjal singgah di daerah rawa, kemudian Madinah bergoncang tiga kali goncangan, sehingga seluruh orang kafir dan munafik keluar dari sana menuju ke tempat Dajjal."

Rasulullah SAW bersabda : “Bukankah sesungguhnya ia itu bermata sebelah, dan tertulis di antara kedua mata dajjal itu kata kafir, yang dapat dibaca oleh setiap Mukmin.” (Muttafaqun ‘alaih) Dan dalam riwayat yang lain dinyatakan: “Tertulis diantara dua matanya huruf kaf, fa’, dan ra’.”(HR. At-Tirmidzi)

Hadist riwayat Muslim, dari Nawwas bi Sam’an: Rasullulah SAW mengatakan, "Dajjal adalah seorang pemuda berambut keriting, matanya sebelah kanan celek, aku menyerupakannya dengan Abdul Uzza bin Qathan (lelaki Quraisy yang hidup di zaman Jahiliyah). Maka barang siapa yang menemuinya bacalah surat Al-Kahfi. Ia keluar dari sebuah jalan antara Syam dan Iraq, lalu ia berbuat binasa kesana kemari ”

ALLAHU AKBAR! LA HAWLA WA LA QUWWATA ILLA BILLAHIL "ALIYUL ADZHIM….

Sudah selayaknya kita senantiasa memohon perlindungan hanya kepada Allah SWT saja. Bacalah selalu doa di bawah ini selepas shalat Fardhu, di akhir tahiyyat sebelum salam, insya Allah, kita selalu dalam lindungan-Nya.

"ALLAHUMMA INNI 'AUDZU BIKA MIN ADZABIN JAHANNAM, WA MIN ADZABIN QABRI, WA MIN FITNATIN MAHYA WA MAMAAT, WA MIN SYAHRII FITNATIN MAHSYIHIL DAJJAL"

“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari azab neraka Jahannam, aku berlindung kepadaMu dari azab kubur, kuberlindung kepadaMu dari fitnah kehidupan dunia dan kematian serta kuberlindung kepadaMu dari kejahatan dan fitnah Al-Masih Dajjal”


***Konspirasi Dajal bersifat matrialistik sekuler, dia datang dan "berdakwah" dengan membawa perumpamaan air, namun pada hakikatnya adalah api. Surga yang dia tawarkan tapi pada hakikatnya adalah neraka. Neraka yang dia tawarkan tapi pada hakikatnya adalah surga.

Gaya bicara Dajjal, tidak lain adalah seorang pendusta besar! Shalat adalah buang-buang waktu, Alquran dan agama hanyalah simbol, bahkan ia kerap mendustakan keberadaan para nabi-nabi terdahulu dan mengadakan fitnah didalam cerita/kisah rasul-rasul terdahulu.

Itulah sebagian sifat dari Dajjal laknatullah alaihi! Tujuannya hanya ingin mengkafirkan penduduk bumi dan memurtadkan orang-orang Islam agar keluar dari agamanya dengan dalih, Islam adalah agama setan dan masih banyak lagi. Naudzu billahi min dzalik!

Padahal Allah telah menjelaskan dalam Quran: "Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali-’Imran:18-19)

Sumber dari Yahoo Mail...

Saturday, January 2, 2010

Ulul Albab: Apabila tahun baru sekadar pertukaran angka


Oleh Abdurahman Haqi


KITA perlu sentiasa bersyukur dengan kurnia Allah SWT kerana masih berpeluang menyambut tahun baru. Namun sebagai umat Islam, kita hendaklah sentiasa merenung masa lalu bagi menginsafi dan memotivasikan diri. - Gambar hiasan

Umat yang tak menghargai, mengenal nilai masa tidak akan jadi manusia berjaya

JIKA kita memerhati penggantian angka dari 2009 kepada 2010 kita hanya melihat satu makna. Tetapi jika kita memerhati penggantian makna dari 2009 kepada 2010 kita akan melihat banyak angka. Ini sama seperti kita melihat atau membaca satu ayat al-Quran tetapi banyak di dalamnya pelbagai tafsiran.

Dari sudut perangkaan penggantian dari 9 kepada 10 adalah perkara yang tidak lazim bukan seperti penggantian angka sebelumnya. Jika penggantian angka sebelumnya adalah kepada angka baru seperti 1 menjadi 2 dan 8 menjadi 9, maka penggantian angka 9 menjadi 10 adalah satu titik mula kembali kepada asal. Sebelum ditemukan angka 0, permulaan angka adalah 1 dan diakhiri dengan 9. Ketika saintis Muslim menemukan angka 0 yang sama dengan 'titik' dalam perangkaan Hindi, maka pengiraan angka mempunyai wadah atau tempat. Penemuan saintis Muslim dalam sistem angka inilah era digital pada hari ini berhutang budi. 10 adalah angka keramat seperti pernah disentuh sebelum ini. Ia adalah permulaan dua digit yang berkesudahan pada angka 99 dan gabungan antara angka mati dan permulaan angka hidup.


2009 yang penuh dengan suka duka baru saja berlalu dan 2010 juga akan dipenuhi dengan suka duka juga baru saja menjelma. Yang telah berlalu tidak akan kembali dan yang akan datang kita belum tahu apa yang akan terjadi.

Untuk memikirkan apa yang akan kita lakukan pada masa hadapan adalah sesuatu yang dituntut agar kita selalu dimotivasikan untuk membuat perkara positif yang membawa faedah kepada kita. Tetapi, memikirkan apa yang telah berlalu kemudian terkongkong dengan imaginasinya, maka ia tidak akan membawa kepada sebarang perubahan bahkan ia akan memudaratkan diri sendiri.

Pada suatu hari Saidina Umar ibn al-Khattab sedang berkumpul dan berbincang dengan sahabatnya. Untuk memecahkan suasana perbincangan beliau berkata: "Berangan-anganlah kamu sekalian. Salah seorang daripada mereka berkata: "Aku berangan-angan seandainya rumah ini dipenuhi oleh emas untuk aku nafkahkannya di jalan Allah." Lalu Umar berkata, "Berangan-anganlah kamu sekalian." Yang lain pula berkata: "Aku berangan-angan sekiranya rumah ini dipenuhi dengan permata agar aku boleh mendermakannya ke jalan Allah dan bersedekah dengannya."

Kemudian Umar berkata lagi: "Berangan-anganlah kamu sekalian." Mereka lalu berkata: "Kami tidak tahu lagi apa yang harus kami katakan wahai Amirul Mukminin." Umar berkata: "Aku justeru berangan-angan seandainya ada orang seperti Abu Ubaidah ibn al-Jarrah, Mu'az ibn Jabal dan Salim Mawla Abu Huzaifah agar aku dapat meninggikan kalimat Allah dengan bantuan mereka." Lain yang dilihat oleh Khalifah Umar, lain pula yang dilihat oleh beberapa orang sahabatnya dan kedua-duanya tidak salah dari sudut pandang Islam. Oleh itu tidak ada acara saling salah-menyalahkan dalam sesi perbincangan itu. Yang ada hanyalah penambahan minda hadirin dengan hujah yang dikemukakan.

Saidina Umar tidak melihat kepada kebendaan dalam memajukan dakwah demi peninggian agama Islam, i'la kalimatillah. Yang beliau utamakan ialah sumber manusianya.

Manusia lebih penting daripada benda kerana benda diadakan Allah untuk kepentingan manusia. Kemanfaatan seseorang manusia dilihat tanda arasnya daripada kepanjangan umurnya yang digunakan untuk faedah alam sekitarnya. Selagi ia berbuat baik kepada persekitarannya, sebanyak itu pula dia mendapat kebaikan bahkan dilipatgandakan oleh Allah. Begitu pula sebaliknya, jika kejahatan mendominasi kepanjangan hidupnya maka keburukan pula yang akan diterimanya.

Ketika Rasulullah SAW ditanya: "Siapakah manusia terbaik?" Baginda menjawab: "Orang yang panjang usianya dan baik pula amalnya." Baginda kemudian ditanya lagi: "Lalu, siapakah manusia terburuk?" Jawab Nabi: "Orang yang panjang usianya tetapi buruk amalnya." (Hadis riwayat Tirmizi)

Jika kita melihat penggantian 2009 kepada 2010 dari sudut sebutan angka saja, maka kita tidak akan melihat makna di dalamnya. Oleh itu kita mesti melihatnya dari sudut pandang makna kehidupan kita agar kita akan menghargainya kerana ia akan penuh makna. Makna yang paling menonjol ialah menghormati masa dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya agar tidak termasuk insan yang rugi.

Masa adalah anugerah adil yang dikurniakan Allah SWT kepada makhluknya. Sesiapa yang bersyukur yakni dengan menggunakan sesungguhnya maka Allah akan tambahkan nikmat-Nya, tapi barang siapa ingkar maka azab Allah amatlah pedih.

Pendakwah yang disebut sebagai 'televangelist' Muslim semasa, Amr Khalid dalam buku Ghayyir Nafsak (Rubah Dirimu) ada menulis bahawa apabila kita membaca al-Quran, kita akan dapati bahawa Allah sering bersumpah dengan masa. Tuhan sememangnya tidak akan bersumpah melainkan sesuatu itu penting dan mempunyai nilai berharga. Allah swt berfirman maksudnya: "Demi malam apabila menutupi (cahaya siang) dan siang apabila terang benderang." (Surah al-Lail: 1-2) "Demi waktu Dhuha dan demi malam apabila telah sunyi." (Surah al-Dhuha: 1-2) "Demi fajar dan malam yang sepuluh." (Surah al-Fajr: 1-2) "Demi matahari dan cahayanya di pagi hari dan bulan apabila mengiringinya." (Surah al- Syams: 1-2) "Demi masa." (Surah al-Ashr: 1) "Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah pada waktu senja." (Surah al- Insyiqaq: 16)

Apakah yang menarik di sebalik masa ini hinggakan Allah bersumpah dengannya. Kembali kepada tujuan al-Quran diturunkan, maka Allah menginginkan kita supaya memerhatikan perkara ini agar mendapat pengajaran. Begitu banyak sumpah-Nya berkaitan dengan waktu. Maka umat yang tidak mengenal harga nilai masa tidak akan menjadi umat yang maju dan berjaya.

Ketika kita membaca: "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia." Hati kita pasti terkesan dengan sebutan umat terbaik akan tetapi keadaannya sangat menyedihkan. Pada asasnya, seseorang umat akan menjadi terbaik dan berjaya hanya jika mampu memanfaatkan kurnia Allah sebaik-baiknya dan tidak menyalahgunakannya. Maka apatah lagi bagi kita umat Islam. Dapatkah kita memahami betapa pentingnya masa yang sering kita sia-siakan?

Penemuan pertama kaum Muslimin awal masa keemasannya adalah jam. Pada waktu itu mereka mengembangkan dan meletakkannya di tempat awam dan di ruang istana. Mereka begitu membanggakannya. Mengapa? Sungguh mereka berjaya kerana memerhatikan masa. Sungguh agung umat ini.

Namun kini kita tidak begitu. Seorang yang taat beragama sepatutnya menghargai waktu dalam kehidupannya. Apatah lagi da'i yang mengajak manusia ke arah perjuangan Islam. Kisah berikut adalah kisah benar yang berlaku kepada seorang tokoh Muslim yang berjumpa dengan warga asing. Muslim itu terlambat beberapa minit. "Anda muslim?" tanya warga asing itu. "Ya." "Anda solat?" tanyanya lagi. "Ya." "Berpuasa pada Ramadan?" "Ya." "Anda sudah menunaikan haji?" "Ya, tentu." "Anda solat Jumaat tepat waktu?" "Sudah tentu." "Sungguh aneh orang Islam. Agama mereka mengajarkan prinsip agung, sayang mereka tidak mengendahkannya."

Amma ba'du, masihkah kita menjadikan penggantian tahun ini hanya sebuah penggantian angka saja dengan tetap mengutamakan foya-foya? Wallahu alam.

Masyarakat Islam bantah keputusan mahkamah benar gereja guna kalimah




KUALA LUMPUR: Pemimpin Islam semua parti politik dan badan bukan kerajaan (NGO) Islam yang bimbang dengan implikasi keputusan Mahkamah Tinggi Kuala Lumpur membenarkan majalah Herald-The Catholic Weekly menggunakan kalimah Allah dalam penerbitannya, mahu kerajaan menyegerakan proses rayuan terhadap keputusan itu.

Mereka berpendapat keputusan mahkamah Khamis lalu itu melanggar Perlembagaan Persekutuan yang memperuntukkan Islam sebagai agama rasmi dan mahu ia diperhalusi supaya sensitiviti agama dan kaum di negara ini diambil kira. Naib Presiden Umno, Datuk Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi melihat isu itu sebagai amat bahaya dan perlu diselesaikan segera kerana tidak mahu peristiwa Natrah di Singapura berulang di Malaysia.

"Penggunaan perkataan Allah (dalam majalah Herald-The Catholic Weekly) secara tidak langsung menyebarkan dakyah `Christianity' di kalangan orang Islam yang bertentangan dengan Perlembagaan Persekutuan bahawa agama lain tidak boleh disebarkan kepada orang Islam. Perkara ini harus dilihat oleh pengamal undang-undang, sama ada kehakiman mahupun guaman.


"Kita mengharapkan keadilan. Kes ini perlu diteliti bukan saja dari aspek perundangan sivil, tetapi juga perundangan syariah serta maksud tersirat Perlembagaan Persekutuan dan sensitiviti umat Islam," katanya.

Beliau meminta semua pihak menghormati keputusan Majlis Fatwa Kebangsaan bahawa perkataan Allah hanya boleh digunakan oleh orang Islam.

Ketua Wanita Umno, Datuk Seri Shahrizat Abdul Jalil berkata, pergerakan itu bimbang dengan implikasi yang timbul berikutan keputusan mahkamah itu dan akan berjuang bagi menentukan kedudukan serta kesucian agama Islam tidak dicemarkan.

"Jika perlu kami akan memohon perkenan menghadap Yang di-Pertuan Agong," katanya dalam kenyataan yang dikeluarkan semalam.

Beliau berkata, Wanita Umno juga akan mengadakan pertemuan dengan Menteri Dalam Negeri Datuk Seri Hishammuddin Hussein dan Menteri di Jabatan Perdana Menteri, Datuk Jamil Khir Baharom bagi membincangkan isu itu.

Bekas Perdana Menteri, Tun Dr Mahathir Mohamad berpendapat walau apa pun alasan yang diberi sebagai justifikasi keputusan berkenaan, ia tetap menimbulkan kemarahan umat Islam di negara ini.

"Terjemahan 'God' yang diguna dalam agama lain dalam bahasa Melayu atau Arab ialah 'Tuhan', bukan Allah. Allah spesifik Tuhan bagi orang Islam. Kalau mereka faham mereka akan guna perkataan Tuhan, bukan Allah.

"Saya akui kalimah Allah diguna di Sabah dan Sarawak sebelum mereka masuk (bergabung) dalam Malaysia... tetapi di Semenanjung kita tak pernah dengar pula," katanya selepas menyampaikan ucaptama pada Konvensyen Mahasiswa Melayu di Universiti Malaysia Terengganu (UMT), semalam.

Pada 16 Februari tahun lalu, Ketua Paderi Roman Katolik Kuala Lumpur Tan Sri Murphy Pakiam, sebagai penerbit majalah itu, memfailkan permohonan untuk semakan kehakiman bagi menuntut satu deklarasi bahawa keputusan Menteri Dalam Negeri melarang beliau menggunakan perkataan "Allah" dalam majalah itu adalah haram dan perkataan itu bukan eksklusif bagi agama Islam.

Timbalan Presiden Pas, Nasharuddin Mat Isa berharap rayuan segera dilakukan kerana melihat semacam ada satu usaha cuba merobek keadaan sehingga timbul kekeliruan di kalangan umat Islam.

"Ini bukan isu politik, ini isu akidah, tauhid yang umat Islam tidak akan beri respon (maklum balas) senyap terhadap isu ini," katanya.

Ketua Dewan Ulama Pas, Datuk Harun Taib, juga berharap kerajaan menyegerakan proses rayuan itu kerana ia melanggar peruntukan Perlembagaan Persekutuan yang memberi jaminan orang bukan Islam tidak boleh melakukan sesuatu yang boleh meragukan umat Islam.

Naib Presiden Pas, Datuk Tuan Ibrahim Tuan Man, berkata kalimah Allah dalam akidah adalah membabitkan soal tauhid dan isu berkenaan perlu diteliti secara halus dan jika perlu, ada campur tangan Majlis Raja-Raja untuk membuat keputusan bagi mengelak suasana tegang dalam masyarakat.

"Jika kalimah Allah digunakan dalam agama Kristian, ia tidak membawa maksud sebenar dalam al-Quran kerana tidak menggambarkan ketauhidan.

"Kita tidak nafi ada istilah yang Allah sebut mengenai penggunaan Allah oleh bukan Islam, contohnya `Kalau kamu tanya mereka siapa yang menjadikan langit dan bumi, nescaya mereka kata Allah. Dalam konteks penciptaan memang mereka mengatakan Allah tetapi nilai ketauhidan yang membezakan antara Islam dan bukan Islam," katanya.

Ahli Parlimen Kulim Bandar Baharu, Zulkifli Nordin dari PKR berpendapat keputusan mahkamah berkenaan tidak tepat dan boleh dipertikaikan, malah akan menyebabkan kekeliruan dan mengganggu ketenteraman dan keselamatan awam.

Beliau dalam kenyataan media di laman blognya, berkata keputusan itu secara tidak langsung mencabar dan melanggar Artikel 11 (4) Perlembagaan Persekutuan yang memperuntukkan fahaman dan dakyah agama lain tidak dibenarkan sama sekali terhadap orang Islam. Membenarkan penerbitan Kristian menggunakan perkataan Allah bagi penerbitan berbahasa Melayu jelas satu bentuk dakyah halus kerana Melayu adalah bangsa yang beragama Islam.

"Ini sekali gus mencabar dan tidak menghormati Artikel 160 Perlembagaan Persekutuan yang memperuntukkan bahawa orang Melayu mestilah beragama Islam; dengan membenarkan penggunaan perkataan Allah dalam risalah penerbitan Kristian, ini sebenarnya dikira akan mendorong penganut Kristian dalam perlakuan jenayah kerana Enakmen Penyekatan Pengembangan Agama, Iktikad dan Kepercayaan Lain terhadap Orang Islam (Anti Propagation Law), yang digubal dengan sahnya menurut Artikel 11 Perlembagaan di beberapa negeri jelas memperuntukkan bahawa adalah satu kesalahan jenayah bagi sesiapa menggunakan perkataan tertentu termasuk 'Allah' kecuali bagi maksud Islam," katanya.

Sementara itu, Setiausaha Agung Persatuan Pengguna Islam Malaysia (PPIM), Datuk Dr Ma'amor Osman menggesa kerajaan memfailkan rayuan serta-merta supaya keputusan itu dikaji semula dan melarang mana-mana agama selain Islam menggunakan kalimah Allah.

"Negara telah menikmati suasana kebebasan beragama selama mana Islam menjadi agama rasminya dan semua kaum di negara ini harus menghargainya dengan tidak mencuba menggugatnya dengan bertindak secara bodoh membangkitkan perkara remeh seperti ini," katanya.

Katanya, PPIM bimbang keputusan itu bakal mencetuskan keadaan huru-hara dalam negara akibat sentimen agama umat Islam yang sensitif dengan perkara yang menyentuh soal kepercayaan mereka dan kebimbangan mereka akan nasib keturunan mereka jika perkara ini berterusan.

"Umat Islam mengenal Allah berserta sifatnya sekali dengan ketauhidan yang meliputi ketauhidan rububiah, uluhiah dan asma' wa sifat. Kita percaya Allah yang bercirikan ahadiah dan samadiah.

"Bagaimana mungkin pihak lain merujuk Allah sewenang-wenangnya tanpa melihat semula akan sifat dan ciri-ciri Allah yang sediakala itu? Apakah sifat Allah yang mereka percaya itu? Al-Quran ada menjelaskan bahawa orang Yahudi mempercayai Uzair itu anak Allah dan orang Nasrani pula percaya bahawa Al-Maseh itu anak Allah. Ini jelas bertentangan dengan Allah yang diimani oleh umat Islam," katanya.

Tuesday, December 29, 2009

Tajdid Iman: Muhasabah diri sebelum tahun baru

Disiplin, amal ibadat, zikir bantu ummah perangi cengkaman hawa nafsu

MENDEKATI detik terakhir penghujung tahun ini, sememangnya agak gementar mengimbas kembali catatan kealpaan diri sepanjang tahun. Orang mukmin yang jujur suka mengorek rahsia hatinya dengan mencari kelemahan dan menangisi kerugian yang ditanggung. Mereka merumuskan makna kejayaan dan peningkatan pencapaian sebenar bagi setiap tahun dalam kehidupan mengikut kacamata agama.

Sesungguhnya peningkatan agama bergantung dengan ibadat, peningkatan harta kerana pandai merancang dan berjimat, peningkatan ilmu kerana mengkaji, peningkatan akhlak kerana lemah lembut dan mengawal emosi, peningkatan dalam hubungan sesama manusia kerana membuang sifat sombong dan riak, peningkatan kesabaran hati kerana banyaknya musibah, peningkatan kualiti diri kerana disiplin yang kuat.

Kelemahan diri pula menjadi agenda yang paling penting untuk diinsafi setiap masa, misalnya ketika kita kekurangan harta akibat nafsu membeli-belah yang tinggi dan tidak pandai merancang. Sewaktu ditimpa surutnya cahaya di hati kerana malas beribadah dan meninggalkan ilmu. Kerasnya jiwa kerana jauh dari al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya. Berkurangnya kawan dan renggang ikatan persaudaraan kerana suka menambah musuh, takbur, menunjuk-nunjuk dan berdengki. Bertambahnya penyakit kerana banyak makan, malas, berehat dan berhibur secara berlebihan. Berkurangnya umur dan sedikitnya bekalan ke akhirat juga menunjukkan betapa ruginya manusia sepanjang tahun ini.

Saat bermuhasabah tidaklah terbatas hanya pada hujung tahun, kerana Rasulullah SAW mengajar umatnya untuk sentiasa mengakui kelemahan diri melalui firman Allah yang bermaksud: "Orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan) mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa." (Surah al-Najm: 32)

Jangan sesekali menganggap diri sudah berjaya sebelum benar kepastiannya mengenai pintu syurga atau neraka yang akan dimasuki. Sepanjang kehidupan yang kita lalui di dunia, banyak kemungkinan akan terjadi. Berubahnya hati dan turun naiknya iman, pasang surutnya amalan dan bertambah atau berkurangnya dosa dan pahala. Hakikatnya ramai yang menjadi tawanan hawa nafsu dan sedikit saja orang yang selamat. Layakkah kita menjadi golongan yang sedikit itu?

Suatu hari Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menziarahi gurunya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah yang sedang dipenjara dan difitnah musuh-musuhnya. Melihat keadaan gurunya itu beliau pun menangis. Ibnu Taimiyah berkata: "Apakah kamu menangis melihat keadaanku? Demi Allah, wahai anakku, aku bukan seorang tawanan. Sesungguhnya orang yang menjadi tawanan itu sebenarnya adalah orang yang menahan hatinya dari ikatan Tuhannya membiarkan hawa nafsunya menawannya."

Allah SWT berfirman yang bermaksud: "Terangkanlah kepadaku akan orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya." (Surah Al-Furqan: 43)

Mulakan muhasabah ini dengan melihat sejauh mana kekuatan hawa nafsu mempengaruhi diri. Betapa hebatnya cengkaman hawa nafsu terhadap jiwa raga kita sehingga kedudukannya boleh jadi setaraf dengan Tuhan dalam pandangan manusia yang lalai. Bahkan Baginda pernah memberi nasihat kepada seorang sahabat supaya berwaspada dengan jerat nafsu.

Rasulullah SAW bersabda: "Wahai Rabi'ah, mintalah kepadaku". Aku berkata: "Wahai Rasulullah biar aku fikirkan sebentar. Lalu aku mengingat-ingat dunia serta kefanaannya sehingga aku berkata: "Aku tidak akan meminta kecuali akhirat. Kemudian aku mendatangi Baginda SAW dan berkata: "Aku meminta supaya aku boleh menemanimu di syurga. Rasulullah SAW bersabda: "Wahai Rabi'ah adakah yang selain dari itu? Aku menjawab: Itu saja. Maka Rasulullah SAW bersabda lagi: Berjanjilah untuk kamu mengendalikan hawa nafsumu dan banyakkan sujud (nescaya kamu akan menemaniku di syurga)." (Muslim)

Hawa nafsu boleh dilemahkan jika manusia berdisiplin memeranginya. Satu kata kunci untuk kejayaan adalah disiplin. Ia wujud dalam sistem ibadat kita, solat lima waktu dan solat sunat, puasa, haji, zakat dan sedekah. Zikrullah dengan terang ataupun tersembunyi, memelihara al-Quran sentiasa hidup di dalam hati dan melaksanakan sunnah Rasul adalah disiplin. Mengisi masa dengan amal, menguasai dunia demi akhirat memerlukan disiplin yang tinggi.

Ibnu Al-Qayyim pernah berkata: "Wahai orang yang lemah semangat! Sesungguhnya di atas jalan ini Nuh menjadi tua, Yahya dibunuh, Zakaria digergaji, Muhammad diseksa dan anda pula inginkan Islam datang dengan mudah di bawah kakimu?"

Selepas meneliti kuasa hawa nafsu dalam diri dan mengakui cengkamannya yang melemahkan amal salih maka langkah yang kedua ialah menentukan azam baru untuk memerangi, merancang jalan mana yang mahu ditempuhi, lebih tajam membuat siasat perang dan berwaspada dengan muslihat musuh setiap saat.

Musuh manusia yang paling licik berada di sekelilingnya. Ia tidak memilih apakah orang itu alim atau jahil, ahli ibadat atau ahli maksiat, mukmin atau kafir. Syaitan tetap syaitan, semua orang dipengaruhi syaitan masing-masing. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu mengalir di dalam tubuh anak Adam laksana mengalirnya darah dan sesungguhnya aku bimbang dia akan menimbulkan di dalam hati kamu sesuatu yang jahat." (Al-Bukhari dan Muslim)

Setiap konflik yang muncul dalam pergaulan manusia kerana dengki, dendam dan sombong, perselisihan suami dan isteri, terputusnya ikatan sanak saudara, anak menderhaka, orang tua tidak amanah, orang kaya tamak, pemimpin zalim serta lalai dan kufurnya manusia terhadap Allah SWT, semua itu berpunca daripada hasutan syaitan akibat diri menjadi tawanan nafsu.

Orang mukmin sentiasa mengingati diri mereka supaya berlindung dari gangguan syaitan, mengenali bahawa kejahatannya itu adalah hasil kerja syaitan dan cepat-cepat kembali bertaubat dan berwaspada supaya tidak tertipu lagi dengan kenikmatan yang dijanjikan syaitan. Oleh kerana sifat dosa adalah nikmat sesaat manakala pahala pula bersifat susah, perit dan seksaan maka ramailah yang kecundang dalam memilih.

Tetapi bagi orang mukmin, seksaan melawan hawa nafsu dan syaitan itu sedikit demi sedikit berubah menjadi nikmat jiwa yang paling bernilai yang tidak pernah dirasai orang fasik lagi lalai. Nikmatnya seakan-akan di dalam syurga walaupun mereka masih berada di dunia lagi.

Ibnu Taimiyah berkata: "Sesungguhnya di dunia ini ada syurga, sesiapa yang belum masuk ke dalamnya dia tidak boleh masuk syurga akhirat. Murid-muridnya bertanya: "Apakah syurga dunia itu? Beliau berkata: "Syurga mengenal Allah, mencintai-Nya, merindu dan berlemah-lembut kepada-Nya."

Penulis ialah Mufti Perlis

Tuesday, November 10, 2009

Penjelasan Dr. Asri

Pandangan pertengahan Dr. Asri

Antara soal tarikan, kewibawaan dan tauliah, berita penahanan bekas mufti ini membangkitkan rasa keliru, tidak puas hati dan perbalahan antara sesetengah pihak.




AWAL minggu lalu, tumpuan kira-kira 200 tetamu yang hadir ke satu majlis ilmu terganggu apabila puluhan anggota penguat kuasa Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS) bertindak menahan bekas mufti Perlis, Dr. Mohd. Asri Zainul Abidin ekoran menyampaikan ceramah agama tanpa tauliah.

Berita penangkapan ulama itu bukan sahaja mendapat liputan meluas akhbar tempatan bahkan mencetuskan pelbagai kontroversi hingga menyebabkan ramai pihak ingin tampil menyuarakan pendirian mereka berhubung isu penangkapan itu.

Ada segelintir berpendirian tindakan itu wajar malah Sultan Selangor, Sultan Sharafuddin Idris Shah menegaskan penceramah perlu memiliki tauliah kerana ia dianggap sebagai instrumen wajib yang perlu ada dalam memastikan setiap ceramah, khutbah serta kuliah yang disampaikan selaras dengan tuntutan agama Islam.




Namun, ada juga suara-suara yang menganggap tindakan JAIS itu kurang wajar bahkan menyifatkan ia sebagai tindakan luar daripada kebiasaan sebuah jabatan agama memandangkan Asri merupakan seorang ahli akademi dan bekas mufti.

Berpeluang bertemu empat mata dengan pemegang ijazah kedoktoran dalam pengajian al-Quran dan Sunnah beberapa jam selepas ditahan, banyak perkara yang ingin beliau luahkan kepada Jurnal dengan harapan ia dapat membebaskan pandangan serong masyarakat terhadap beliau ekoran isu penangkapan itu.

“Alhamdulillah, saya tahu, ia adalah satu ujian. Sesungguhnya sebelum ini saya memang ada sedikit persediaan dari segi perasaan dan semangat untuk menghadapi perkara ini.

“Saya juga maklum, perkara ini (penangkapan) boleh berlaku pada bila-bila masa. Saya bersyukur, walaupun ada cubaan secara terang-terangan untuk menganiaya dan mengaibkan saya, saya masih menerima sokongan dan kata-kata semangat daripada pelbagai pihak,” tutur Asri memulakan bicara.

Soal tauliah

Bercerita lanjut mengenai kaitan penangkapan beliau yang dikata tiada tauliah, beliau menegaskan, seorang yang bertaraf mufti, berpengajian tinggi sehingga memiliki ijazah kedoktoran di bidang pengajian al-Quran dan kepakaran Hadis sesuka hati diperlakukan sama seperti orang yang tidak berilmu.

“Soal tauliah sepatutnya tidak timbul. Bagi saya ia adalah perkara yang pelik. Saya adalah seorang bekas mutfi, saya juga mempunyai kelulusan dalam bidang pengajian agama Islam, malah saya turut mengajar pelajar-pelajar sarjana dan kedoktoran di universiti awam, tiba-tiba saya dikatakan tidak ada tauliah. Adakah saya, seorang ahli akademik dan bekas mufti perlu minta sedekah untuk tauliah ini?

“Kalau saya pohon tauliah sekalipun, adakah JAIS akan menganugerahkannya kepada saya, sedangkan sewaktu saya bergelar Mufti Pelis, saya adalah satu-satunya mutfi yang tidak dibenar memberi ceramah, kuliah dan mengajar di Selangor.

“Saya masih tertanya-tanya, apakah garis panduan yang JAIS tetapkan bagi membolehkan saya mendapatkan tauliah itu. Selain saya, ramai lagi pensyarah universiti awam yang bertahun-tahun mengajar PhD dan sarjana di universiti awam memohon tauliah, tapi tak dapat. Mereka mahukan kelulusan yang bagaimana sebenarnya?

“Dalam perkara ini, JAIS perlu gubal garis panduan sebenar atau perbaharui peraturan lapuk supaya memudahkan seseorang yang layak untuk menjadi pensyarah atau mengajar agama,” ujarnya.


DR. ASRI kesal dengan tindakan melulu JAIS yang mempertikaikan isu tauliah sementelah beliau adalah bekas mufti dan ahli akademik.


Tambah Asri, tindakan JAIS itu bukan hanya mengundang rasa kurang senang di kalangan masyarakat Malaysia malah ia juga mampu mewujudkan keresahan lebih-lebih lagi apabila ada pihak-pihak yang mengaitkan penangkapan itu dengan ajaran wahabi walaupun JAIS menegaskan penangkapan itu berpunca daripada isu tiada tauliah.

“Isu ini sudah jadi isu nasional. JAIS juga pastinya sudah maklum mengenai implikasi terhadap penangkapan ini dan persepsi masyarakat kepada mereka.

“Sudah pasti ada yang berfikir, apabila seorang bekas mufti itu ditangkap ketika memberi ceramah agama, apakah dia membawa ajaran sesat? Adakah dia mengajar sesuatu yang menyimpang daripada landasan akidah Islam sebenar? Daripada suara-suara itu ada juga yang mengaitkannya dengan ajaran Wahhabi.

“Saya tidak tahu apa makna wahhabi. Apabila ada yang mengaitkan saya dengan Wahhabi, wujud tanda tanya dalam diri saya. Adakah jika saya berbeza pandangan dengan golongan agama lain itu dikira Wahhabi?,” jelasnya penuh tanda tanya.

Berbeza bukan sesat

Menurutnya, Islam adalah agama yang luas dan mempunyai pelbagai ruang pandangan. Malah, sesetengah pihak tidak boleh menjadikan perbezaan itu sebagai satu perbezaan yang besar sehingga membenarkan tindakan yang tidak masuk akal diambil.

Malah, tambahnya lagi, tidak salah sekiranya penganut itu mempunyai pelbagai pandangan mengenai sesuatu perkara itu asalkan mereka tidak mencerca Allah serta Rasul dan melakukan tindakan ganas serta ekstrem.

“Kalau pandangan kita tidak sama, itu tidak bermakna sesat. Zaman ini bukan zaman batu. Zaman ini, maklumat ada di hujung jari. Dengan capaian Internet, masyarakat boleh dapat bermacam pengetahuan dan pandangan.

“Bagi golongan agama, jangan lagi berfikir yang barang siapa banyak bertanya lemah iman, pepatah itu sudah tidak relevan lagi. Ungkapan ‘awak kena dengar saya, kalau tak dengar, sesat!’, pun sudah tak boleh digunakan.

“Kita tidak boleh halang orang daripada berfikir. Saya percaya, sesuatu pemikiran apabila ia dilontarkan dalam masyarakat ia tak dapat dihapuskan melainkan dengan pemikiran yang kukuh.

“Pemikiran juga tak boleh dibunuh dengan kuasa, tetapi dengan fikiran. Ia kaedah dan disiplin hidup dalam dunia ini,” tegasnya.


"SAYA memiliki kelulusan akademi yang melayakkan saya menjadi pensyarah dan mufti. Adakah saya perlu minta sedekah tauliah untuk menyampaikan ilmu agama?" - Dr. Asri


Jelas beliau, dalam sistem demokrasi yang dipraktikkan di negara ini, tiada masalah sekiranya ada orang yang ingin guna cara pemikiran lama bahkan jika mereka berfikir secara neotradisionalis pun tidak mengapa, tetapi jangan menghalang orang lain berfikir dengan cara yang lebih moden.

“Di kalangan kita, sudah pasti akan wujud pandangan yang berbeza mengenai sesuatu perkara. Ada yang berfikir secara begitu, ada juga yang berfikir secara begini.

“Jika ia tidak menyeleweng daripada akidah Islamiah, ia tidak salah malah itu akan melahirkan kerencaman pemikiran dalam masyarakat,” katanya yang menolak pendapat mengatakannya seorang yang berpandangan keras.

“Saya tidak tahu apakah ada pihak yang mengklasifikasikan saya sebagai lantang atau ekstrem. Saya selalu memberi pandangan pertengahan dan sederhana dalam banyak perkara sehingga ada yang anggap saya liberal,” ujarnya yang mengakui tidak akan serik untuk berceramah lagi selepas ini.

Teori hari kiamat

Kiamat dari perspektif agama

Walaupun sifat sebenar hari kiamat tidak diketahui, namun terdapat gambaran-gambaran yang diberikan dalam al-Quran tentang hari kemusnahan yang juga disebut sebagai as-Sa’ah.


DIRIWAYATKAN dalam hadis, banyak bencana alam terjadi sebelum kiamat. - Gambar hiasan


TIDAK ada sesiapa boleh menyangkal bahawa kepercayaan kepada hari kiamat turut didasari dengan unsur keagamaan. Justeru, kupasan berdasarkan perspektif agama adalah perlu untuk mengelakkan tersasar pemahaman.

Bagi sesetengah agama yang menyeru umatnya mengimaninya, hari kiamat merujuk kepada hari berakhirnya dunia dan bermulanya alam akhirat.

Berdasarkan Islam, hari kiamat adalah hari semua manusia dibangkitkan selepas kematian dan segala amalan ketika di dunia dihitung. Bagi mereka yang berbuat baik dan beramal soleh diberikan ganjaran syurga dan bagi mereka yang ingkar dibalas neraka.

Menurut Ketua Jabatan Usuluddin, Akademi Islam, Kolej Universiti Islam Antarabangsa Selangor (KUIS), Abu Zaki Ismail, sebelum manusia dibangkitkan seluruh alam dan isinya akan dibinasakan.

"Sehingga pada saat itu, disebutkan dalam al-Quran, hanya Allah sahaja yang hidup, malaikat-malaikat turut dimatikan," katanya ketika dihubungi Kosmo! baru-baru ini.

Tambahnya, hanya Allah yang tahu bila ia akan berlaku. Turut disebutkan di dalam al-Quran bahawa hari itu tidak akan datang melainkan secara tiba-tiba.

"Justeru, kalau ada orang yang meramal, ramalan itu pasti tidak benar," ujarnya sambil memberitahu hari kiamat disebut sebagai yaumul qiyamah dalam bahasa Arab.


ABU ZAKI ISMAIL


Walaupun sifat sebenar hari itu tidak diketahui, namun terdapat gambaran-gambaran yang diberikan dalam al-Quran tentang hari kemusnahan atau juga disebut sebagai as-Sa'ah.

"Misalnya disebutkan langit runtuh dalam surah al-Infitor, langit terbelah dalam surah al-Insyiqaq, langit digulung dalam surah al-Anbia', bumi bergegar dalam surah al-Zalzalah dan sebagainya," tambahnya.

Katanya, walaupun Allah berfirman 'la ta'tiikum illaa baghtah' (Tidaklah ia datang melainkan secara tiba-tiba), namun Islam turut menggariskan beberapa tanda sebelum kedatangannya.

Antara tanda-tanda kecil adalah zina bermaharajalela, ramai orang soleh meninggal dunia, negara Arab berpadang rumput, banyak saksi palsu dan lain-lain. Antara tanda-tanda besar pula adalah matahari terbit di sebelah barat, lahirnya Dajal dan turunnya Nabi Isa.

Abu Zaki menjelaskan, antara tanda-tanda lain kiamat semakin tiba juga adalah berlakunya banyak bencana alam.

"Diriwayatkan dalam satu hadis, sebelum tibanya hari kiamat, berlaku banyak bencana sehinggakan manusia yang hidup apabila melalui tepi kubur berharap agar mereka (manusia yang hidup itu) yang berada di dalam kubur tersebut. Mereka bukan berkata demikian kerana hendak mati tetapi berkata begitu kerana tidak tahan untuk terus hidup," ujarnya.

Berhubung ramalan yang digembar-gemburkan, Abu Zaki berkata, ia bukanlah satu perkara yang penting untuk difikirkan.

"Apa yang penting ialah kita berusaha melengkapkan amal dan bersedia menghadapinya. Walaupun kita tidak tahu bila ia akan berlaku, tetapi ia tetap akan berlaku," ujarnya mengakhiri perbualan.

Hari kiamat turut ada dalam kepercayaan Kristian dan ia lazim disebut The Last Judgement, Final Judgement atau Day of Lord.

Sementara itu, menurut penasihat Malaysia Hindu Sangam, Datuk A. Vaithilingam, berdasarkan perhitungan Hindu, dunia kini sedang berada dalam fasa terakhir kitaran iaitu kali yuga.




Menurutnya, dunia telah melalui fasa pertama, kiru thayuga; fasa kedua, thiretha yuga; fasa ketiga, thuvabara yuga dan kini melalui fasa terakhir iaitu kali yuga.

"Tetapi, kali yuga merangkumi tempoh 432,000 tahun dan tahun ini, baru 5,111 tahun kali yuga. Ada beratus ribu tahun lagi untuk ia berakhir," kata Vaithilingam.


A. VAITHILINGAM


Bagaimanapun, Vaithilingam berkata, menurut ajaran Hindu, dunia ini tidak akan musnah terus sebaliknya akan melalui satu kitaran baru.

"Dalam agama Hindu, kemusnahan dunia 100 peratus atau secara sekali gus tidak mungkin berlaku. Dalam dunia ini, ada orang yang baik dan kami percaya Tuhan tidak akan membuat kemusnahan begitu.

"Selepas tamat tempoh kali yuga, kitaran lengkap akan berakhir dan dunia akan berubah kepada bentuk yang lain yang hanya diketahui Tuhan," katanya.

Vaithilingam menggesa orang ramai agar tidak berasa takut dengan ramalan-ramalan bila berlakunya kemusnahan dunia.

"Manusia tidak perlu bimbang dengan ramalan-ramalan ini. Mereka harus fokus dalam menjalani kehidupan harian tanpa berasa takut," katanya.

Monday, November 9, 2009

Bank Negara senarai pendek penerima lesen perbankan Islam

BANK Negara Malaysia telah menyenarai pendek permohonan bagi mendapatkan dua lesen perbankan Islam baru yang ditawarkan kerajaan kepada bank asing.

Timbalan Menteri Kewangan, Datuk Dr Awang Adek Hussin, berkata bank pusat itu menerima permohonan yang menggalakkan bagi mendapatkan lesen terbabit.

“Tunggu saja pengumuman mengenainya,” katanya pada sidang media selepas merasmikan Persidangan Perancangan Kewa-ngan Islam dan Pengurusan Kekayaan (IFPC 2009) di Kuala Lumpur, semalam.


Tawaran dua lesen perbankan Islam baru kepada bank asing itu diumumkan Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Razak, ketika mengumumkan liberalisasi sektor kewangan negara April lalu yang mana antara syaratnya institusi kewangan itu mestilah beroperasi dengan modal berbayar sekurang-kurangnya AS$1 bilion.

Selain dua lesen itu, kerajaan turut menawarkan dua lesen takaful keluarga dan lima lesen perbankan perdagangan baru untuk bank asing di negara ini yang mana dua daripada lesen perbankan perdagangan baru itu ditawarkan untuk beroperasi tahun depan, manakala tiga lagi pada 2011.

Mengenai sama ada kerajaan akan memperkenalkan lebih banyak liberalisasi dalam sektor kewangan, Awang Adek berkata: “Liberalisasi belum berakhir. Ia akan diumumkan sejajar dengan keperluan.”